Masa lampau bangsa Indonesia banyak meninggalkan jejak-jejak baik berupa fokus kajian yaitu pesawat Ampibi Soekarno yang ada di desa illuta.

96 KB – 13 Pages

PAGE – 1 ============
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa lampau bangsa Indonesia banyak meninggalkan jejak-jejak baik berupa benda ataupun peningalan cagar budaya. Warisan peninggalan yang bersifat kebendaan berupa situs cagar alam dan budaya. Peninggalan yang tersebar di seluruh kepulauan Nusantara merupakan kekayaan budaya yang harus dijaga dan dilestarikan eksistensinya karena merupakan tempat terjadinya peristiwa penting/bersejarah yang menjadi sumber penghubung dengan masa lalu serta dijadikan sarana pembelajaran serta membuka kesadaran pentingnya menghayati nilai-nilai historis yang tersirat di dalamnya. Pemerintah menyadari bahwa peninggalan sejarah merupakan warisan yang memiliki nilai historis. Sebagaimana yang dikatakan dalam undang-undang No 11 Tahun 2010 pasal 1 point 1 dikatakan bahwa cagar budaya adalah warisan budaya yang bersifat kebendaan yang perlu dilestarikan keberadaanya karena memiliki nilai-nilai penting bagi sejarah dan ilmu pengetahuan dan pasal 22 dikatakan pelestarian adalah upaya dinamis untuk mempertahankan keberadaan cagar budaya dan nilainya dengan cara melindungi,mengembangkan dan memanfaatkanya. 1 Sejarah panjang Gorontalo mencatat bahwa banyak bangunan benda cagar budaya bersejarah menyimpan kenangan masa lalu baik itu pada masa pra kolonial maupun masa kolonial (penjajahan belanda) yang masih dapat di jumpai 1 http://evenalexchandra.webs.com/apps/blog/show/5764805-pembahasan-hukum-tentang- cagar-budaya-sesuai-uu-no-11-tahun-2010.

PAGE – 2 ============
2 di beberapa kabupaten dan kota. Bangunan-bangunan benda cagar budaya tersebut sekarang merupakan bagian dari cagar budaya peninggalan sejarah. Seperti halnya Museum pendaratan pesawat Ampibi Soekarno yang berada di kawasan Danau Limboto, tepatnya di Desa Iluta Kecamatan Batudaa, Kabupaten Gorontalo. Desa Iluta merupakan pintu masuk ke wilayah Kabupaten Gorontalo dari Kota Gorontalo, tidak jauh dari tapal batas wilayah Desa Iluta terdapat cagar budaya atau situs rumah pendaratan Soekarno tersebut yang berdekatan dengan dermaga pendaratan pesawat Ampibi dan catalina. Lokasi cagar budaya ini sangat strategis yakni terletak di tepi jalan arah Kota Gorontalo dan Batudaa, jaraknya sekitar ± 10 Km dari pusat Kota Gorontalo. Berdasarkan sejarahnya, museum yang berbentuk rumah tersebut merupakan peninggalan kolonial Belanda yang didirikan pada tahun 1936 dengan ukuran bangunan 5 meter x 15 meter. Dari sisi arsitektur dan gaya bangunan rumah bermodel eropa bergaya Belanda warna asli rumah tersebut saat itu berwarna coklat tua Sekarang rumah di cat putih karena mengikuti selera Soekarno yang suka pakai baju-baju putih. Keberadaan rumah itu dulunya berfungsi sebagai tempat perkantoran residen Belanda. Karena danau Limboto di Desa Iluta dijadikan Belanda sebagai lokasi bandar udara pesawat terbang. Berdirinya Museum pendaratan Ampibi ini, sebagai bukti sejarah kedatangan Soekarno di bumi Hulondalo untuk pertama kalinya. Secara historis dinamakan museum pendaratan Pesawat Ampibi Soekarno disebabkan lokasi berdirinya museum tersebut merupakan tempat dimana pesawat Ampibi yang membawa

PAGE – 3 ============
3 presiden Soekarno ke Gorontalo mendarat,sebab di Gorontalo pada masa itu belum mempunyai bandar udara. .Tujuan kedatangan Soekarno ke Gorontalo saat itu adalah untuk inspeksi bahwa Gorontalo masih tetap setia dengan NKRI atau tidak, serta untuk menindaklanjuti pendirian Negara Kesatuan Republik Indonesia. Peristiwa 23 january 1942 di Gorontalo merupakan salah satu dari mata rantai rangkaian pergerakan rakyat Indonesia. Aksi rakyat yang pelopori bapak Nani Wartabone, dapat dikatakan sebagai salah satu pilar yang memperkokoh proklamasi kemrdekaan Indonesia, 17 Agustus 1945. Secara analogi, walaupun hanya terjadi di daerah Gorontalo, pada saat itu daerah dan rakyat Gorontalo telah di bebaskan dari pemerintahan penjajah Belanda. Pada saat itu pula, pemerintahan di Gorontalo beralih dari penjajahan Belanda kepada sebagian rakyat Indonesia. Dapat dikatakan, terjadi proklamasi kecil di Gorontalo, yang secara langsung atau tidak langsung merupakan permulaan dari peristiwa kemerdekaan Setelah berakhirnya kekuasaan NICA dengan segala respon juang dari masyrakat, Gorontalo Masuk ke era pasca konferensi malino, yaitu negara Indonesia Timur (NIT). Berhadapan dengan tawaran ini pada sidang DPR-NIT tanggal 22 April 1947 Ayuba Wartabone dalam pidatonya antara lain berkata, sekali ke yogya tetap ke yogya. Pernyataan ini menegaskan bahwa rakyat Gorontalo bertekad menghendaki negara kesatuan republik Indonesia. Antara 1950-1959 ada dua masalah kenegaraan yang turut dituntaskan oleh rakyat Gorontalo. Pertama, pengembalian tentara KNIL. Kedua, penumpasan

PAGE – 4 ============
4 permesta yang ingin melepaskan diri dari pemerintah negara Kesatuan Republik Indonesia. 2 Pada tahun tersebut Indonesia yang masih berusia muda sedang didera pemberontakan Kelompok separatis Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta) yang saat itu sedang bergema dari wilayah Sulawesi Utara . Kegiatatan permesta yang di Sulawesi khususnya di Gorontalo mendapat perhatian dari presiden Soekarno diantaranya tindakan Permesta yang berusaha merombak susunan ketatanegaraan. Bertolak dari pemikiran di atas peneliti bermaksud mengangkat permasalahan tersebut dalam penelitian yang berjudul fiPesawat Ampibi Soekarno fl (Studi Sejarah Lokal Desa Illuta ) 1.2 Pembatasan Masalah Untuk memfokuskan persoalan yang akan dibahas dalam penelitian ini dan menghindari terjadinya kerancuan dalam perinterpretasian, maka perlu pembatasan masalah penelitian yang mencakup: 1. Scope kajian Scope kajian menunjuk pada bidang yang akan di kaji dalam penulisan skripsi ini adalah pesawat Ampibi Soekarno studi sejarah lokal desa illuta. Dalam hal ini penulis lebih memfokuskan pada pesawat Ampibi Soekarno yang mendarat di desa illuta. 2. Scope spasial Scope spasial menunjuk pada tempat yang menjadi objek penelitian dan fokus kajian yaitu pesawat Ampibi Soekarno yang ada di desa illuta. 2 Joni Apriyanto, sejarah Gorontalo modern dari hegemoni kolonial ke provinsi hal.121

PAGE – 5 ============
5 3. Scope temporal Aspek temporal, (pembatasan waktu) dimana penelitian ini berusaha untuk mendeskripsikan proses kedatangan Soekarno di Gorontalo pada tahun 1950 menggunakan pesawat Ampibi 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di kemukakan di atas, maka permasahalaan dalam penelitian ini di rumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana kondisi Gorontalo sebelum kedatangan Soekarno ? 2. Bagaimanakah proses pendaratan Soekarno menggunakan Pesawat Ampibi di desa Illuta ? 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah 1. Untuk mengetahui bagaimana kondisi Gorontalo sebelum kedatangan Soekarno 2. Untuk menegetahui bagaimana proses pendaratan Soekarno menggunakan pesawat Ampibi Adapun manfaat dalam penelitian ini yakni sebagai berikut: 1. Untuk pribadi Semoga penelitian ini bisa menjadi dasar untuk penelitian selanjutnya dalam mengungkap sejarah lokal khususnya yang ada di Gorontalo pada masa kolonial sampai masa kini. Peneliti berharap besar, penelitian ini bisa diterima oleh seluruh lapisan masyarakat Gorontalo

PAGE – 6 ============
6 sehingga pembahasan mengenai permasalahan dalam penelitian ini dapat menjadi rujukan atau arsip bagi Gorontalo dan peneliti itu sendiri. 2. Untuk masyarakat Sebagai dasar untuk meningkatkan pengetahuan baru mengenai sejarah lokal dan untuk mengetahui makna dari peninggalan- peningalan masa lalu di Gorontalo. Penelitian ini di harapkan bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis. Adapun manfaat yang di harapkan: 1. Sebagai usaha untuk memperkenalkan aset-aset sejarah yang ada di Gorontalo. 2. Sebagai referensi tambahan bagi uasaha pelestarian bangunan-bangunan yang bersejarah di Gorontalo. 3. Sebagai masukan bagi semua pihak utamanya pemerintah kabupaten Gorontalo dan secara khusus dinas terkait (pariwisata), kiranya segera membuat langkah kongkret dalam upaya pelestarian banguan-banguan bersejarah. 1.5 Kerangka Teoritis dan Pendekatan Pada hakikatnya sejarah sesungguhnya hanya melihat dua hal yakni sejarah sebagai tulisan (history asa written) dan sejarah sebagai kejadian (history as actualty)3. Adapun studi sejarah yang akan disampaikan dalam penulisan ini masuk dalam kategori sejarah lokal. Sugeng Priyadi mengemukakan bahwa secara prinsipil, semua peristiwa yang tertulis dalam sejarah nasional Indonesia adalah 3 Daliman A., Metode Penelitiian Sejarah. Yogyakarta: Ombak. 2012. Hal. Ix.

PAGE – 8 ============
8 Kajian sejarah ini sangat erat hubungannya dengan teori-teori perjuangan yang dapat merujuk pada masalah-masalah yang akan di teliti. Untuk itu pengungkapan bangsa Indonesia yang ada di Gorontalo berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan dan tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Gorontalo yang merupakan bagian dari wilayah republik Indonesia, terlibat pula dalam perjuangan melawan segala bentuk kekuasaan yang berusaha menghancurkan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selain itu juga partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk ikut seara aktif dalam kehidupan politik, yaitu dengan jalan memimpin negara. Dan secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi kebijakan pemerintah (publik police).7 Menurut samuel P. Huntington dan Joan M. Nelson, partispasi politik adalah kegiatan warga negra yang bertindak sebagai pribadi-pribadi, yang dimaksud untuk mempengaruhi pembuatan keputusan oleh pemerintah. Partispasi bisa seperti individual atau kolektif, terorganisir atau spontan. Jika di kaitkan dengan permasahalaan yang di bahas dalam penelitian ini adalah bagaimana kondisi politik di Gorontalo sebelum kedtangan Soekarno. Suworno (2012: 8-9) menjelaskan bahwa sejarah dan politik memiliki hubungan yang sangat dekat, ini tampak dari beberapa ungkapan sebagai berikut:fl history is past politics and politics present historyfl (sejarah adalah politikk pada masa lampau dan politik adalah sejarah pada masa kini.) berpijak dari moto tersebut, sejarah identik dengan politik. 7 Miriam Budiarjo,Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta: Garmedia, 2003), Bab X

PAGE – 9 ============
9 1.6 Tinjauan pustaka dan Sumber Adapun sumber-sumber yang digunakan dalam penelitian ini banyak tersedianya sumber-sumber yang dapat dikaji, baik sumber tulisan maupun lisan dan jejak-jejak perjuangan rakyat Gorontalo. Kelengkapan sumber dapat membantu penyelesaian penelitian, sumber-sumber ini dapat ditemukan di berbagai tempat yang ada di sekitar Gorontalo, seperti adanya sumber-sumber sekunder,perpustakaan daerah, perpustakaan pusat UNG. Sehingga dengan ketersedian sumber ini diharapkan tidak akan mengalami masalah dalam penelitian ini. Adapun buku-buku yang membahas mengenai sejarah lokal yang ada di Gorontalo yang ada hubunganya dengan penelitian ini meliputi: buku yang ditulis oleh Joni Apriyanto dengan judul sejarah Gorontalo modern: Dari Hegemoni Kolonial dan ke Provinsi , yang diterbitkan oleh Ombak 2012. Di dalam buku ini terdapat berbagai macam literatur yang sangat berhubungan erat dengan penelitian ini. Di dalam buku sejarah Gorontalo modernmembahas tentang sistem politik kolonial di Gorontalo serta kondisi Gorontalo sebelum masa kemerdekaan dan kondisi Gorontalo setelah kemerdekaan. Buku kedua berjudul Gorontalo fi dalam dinamika sejarah masa kolonial flyang di tulis oleh Hasanudin dan Basri Amin. Di dalam buku Gorontalo dalam dinamika sejarah masa kolonial juga terdapat literatur yang dapat di ambil dan sangat berhubungan erat dengan materi-materi yang akan di susun misalnya mengenai kebijakan politik kolonial serta menguraikan mengenai perubahan- perubahan politik kolonial Belanda.

PAGE – 10 ============
10 1.7 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian skripsi ini adalah metode penelitian sejarah. Metode penelitian sejarah yang dimaksud adalah suatu proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau. 8 Dalam penelitian ini mengikuti tahapan-tahapan metode sejarah seperti dalam buku Helius Sjamsudin 9 Pada tahap pertama apa yang disebut heuristik (heuristics ) yaitu sebuah kegiatan mencari sumber-sumber untuk mendapatkan data-data, atau materi sejarah. Dalam tahap ini peneliti berusaha mengumpulkan berbagai macam sumber dan literatur yang sangat berhubungan dengan permasahalaan penelitian baik itu sumber primer maupun sumber sekunder. Tahap kedua yaitu kritik fungsi dan tujuan kritik sumber adalah dalam kebutuhannya peneliti membedakan apa yang benar, apa yang tidak benar (palsu), apa yang mungkin dan apa yang meragukan atau mustahil. Serta dapat menyeleksi sumber-sumber yang telah terkumpul. Dalam metode sejarah di kenal dengan cara melakukan kritik eksternal dan kritik internal . adapun kritik eksternal dan internal adalah sebagai berikut: 1. Kritik eksternal Kritik eksternal ialah cara melakukan verifikasi atau pengujian terhadap aspek-aspek filuarfl dari sumber sejarah. Apakah sumber-sumber sejarah yang telah dikumpulkan pada tahap pertama tadi bersifat authentic atau tidak 8 Gottschalk dalam nugroho. 1977. Masalah penelitian sejarah kontemporer.jakarta.Yayasan Idayu.,Hlm:17. 9 Helius Sjamsudin.2012. Metodologi sejarah. Yogyakarta. Penerbit: Ombak.,Hlm: 67

PAGE – 11 ============
11 sehingga menjadi bahan pertimbangan ketika akan melakukan Historiografi atau penulisan sejarah tersebut. 2. Kritik internal Kebalikan dari kritik eksternal, krritik internal sebagaimana yang telah disarankan oleh istilahnya menekankan aspek fidalamfl yaitu isi atau materi dari sumber yang telah dikumpulkan sebelumnya. Dalam tahap ini peneliti memeriksa isi materi yang telah dikumpulkan. Apakah materi-materi tersebut bersifat independen atau tidak, jika tidak maka penulis bisa meragukan materi yang telah tersedia tersebut. Tahap ketiga yaitu interpentasi setelah sumber-sumber terkumpul dan telah melalui tahap kritik langkah selanjutnya yaitu peneliti melakukan penafsiran kepada sumber-sumber yang tersedia tersebut. Karena sumber-sumber yang telah terkumpul tersebut bersifat bisu. Sehingganya butuh penafsiran agar sumber sumber tersebut dapat menjadi suatu rangkaian penulisan yang sudah tersistematis dengan baik. Tahap keempat, merupakan tahapan yang terakhir dalam metodolgi sejarah yaitu berupa penulisan sejarah yang disebut historiografi. Langkah ini merupakan sarana bagi peneliti untuk mengungkapkan hasil-hasil penelitiannya yang telah diuji (Verfikasi) dan di interprestasi kedalam kerangka peyusunan fakta-fakta agar menjadi satu kesatuan yang utuh, mensejarahkan berarti mengisahkan yang berarti bermula dari awal akhir pembatasan waktu dan tempat dimana penelitian itu di adakan. Di dalam penulisan sejarah ini tidak terlepas dari pengunaan gaya bahasa

96 KB – 13 Pages