by M Choirudin · Cited by 10 — Semua konflik dan tekanan yang ada dapat dihindarkan atau dipecahkan bila individu dibesarkan dalam keluarga di mana terdapat keamanan, cinta, respek,
20 pages

136 KB – 20 Pages

PAGE – 1 ============
1 PENYESUAIAN DIRI: SEBAGAI UPAYA MENCAPAI KESEJAHTERAAN JIWA Muchamad Choirudin Abstraksi Kehidupan masyarakat di era globlalisasi semakin kompleks dan majemuk, tuntutan untuk bisa mengikuti arus kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, industrialisasi yang serba instans dan begitu cepat tidak bisa dielakkan. Keanekaragaman kehidupan tersebut tidak saja membawa dampak posistif bagi perkembangan individu, tetapi juga membawa problem sosial bahkan spiritual. Sebagai akibatnya individu dalam masyarakat dituntut untuk membuat berbagai macam bentuk penyesuaian diri yang terkadang sulit untuk dilakukan. Kesulitan untuk melakukan penyesuaian diri tersebut bisa menimbulkan kebingungan, kecemasan, ketakutan dan frustasi bagi individu dalam masayarakat, bahkan menimbulkan konflik diri maupun konflik antar pribadi dan gangguan-gangguan emosional yang akan mudah menjadi tempat bertumbuhnya penyakit-penyakit mental. Maka diperlukan suatu upaya untuk membuat penyesuaian diri dalam rangka mencapai kesejahteraan jiwa. Kata kunci: penyesuaian diri, kesejahteraan jiwa A. Pendahuluan Individu merupakan bagian dari realitas. Realitas mengajukan tuntutan, pembatasan, aturan dan norma-norma, sehingga individu harus belajar untuk menghadapi dan mengaturnya guna memperoleh penyesuaian yang efektif. Sikap dan cara individu bereaksi terhadap manusia dan lingkungan sosial yang membentuk realitas, juga merupakan aspek yang besar pengaruhnya terhadap proses penyesuaian diri untuk kebahagiaan dan kesejahteraan jiwa. Sikap yang sehat dan kontak yang baik terhadap realitas diperlukan untuk penyesuaian yang sehat. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia akan berhadapan dengan berbagai bentuk penyesuaian, mulai dari yang sederhana sampai dengan yang rumit, yang di dalamny a terdapat suatu pola yang terdiri atas beberapa unsur tertentu yang dapat dilihat dengan jelas. Sebagai contoh seorang anak yang mendambakan kasih sayang ibunya yang disibukkan oleh tugas-tugas lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Keadaan tersebut dapat menjadikan anak merasa frustasi dan akan berusaha sendiri untuk menemukan cara mengurangi ketegangan yang dialaminya. Begitu pula yang terjadi pada orang dewasa yang frustasi, akan mencari beberapa bentuk kegiatan atau ekspresi untuk memenuhi keinginannya atau mereduksi ketegangannya. Hal yang perlu diperhatikan dalam situasi frustasi adalah apabila motivasi individu tidak mencapai pemuasan atau ekspresi yang wajar. Keadaan tersebut akan memunculkan perilaku menyimpang atau abnormal. Hal ini sering dialami individu yang kurang dipersiapkan untuk menghadapi berbagai hal yang mungkin terjadi di luar keinginannya,

PAGE – 2 ============
2 atau karena motivasinya sedemikian rupa, sehingga menghalangi arah dan kontrol yang disadarinya. Individu akan melakukan tindakan positif apabila dia berada dalam situasi yang wajar (tidak sedang frustasi). Hal ini dikuatkan oleh Segel D, bahwa individu yang frustasi cenderung bertindak dalam cara yang berbeda bila dibandingkan dengan situasi yang tidak membuatnya frustasi. Dia bereaksi dengan suatu cara yang ditentukan oleh dirinya sendiri dan di luar dirinya. 1 Dengan demikian, keinginan dan sikap dari individu- individu yang mengalami frustrasi perlu diarahkan kembali ke dalam suatu kegiatan yang mempunyai nilai yang bermanfaat bagi kesejahteraan dirinya maupun masyarakat luas. B. Pengertian Penyesuaian Diri. Penyesuaian diri merupakan suatu proses yang mengacu ke arah hubungan yang harmonis antara tuntutan internal dari motivasi dan tuntutan eksternal dari realitas. Penyesuaian dapat diartikan atau dideskripsikan sebagai berikut : 1. Penyesuai an berarti adaptasi; dapat mempertahankan ekssistensinya, atau bisa survive dan memperoleh kesejahteraan jasmani dan rohani, dan dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan sosial. 2. Penyesuaian dapat juga diartikan sebagai koformitas, yang berarti menyesuaikan sesuatu dengan standar atau prinsip dan lain-lain. 2 Dengan memaknai penyesuaian diri sebagai usaha konformitas, menyiratkan bahwa individu seakan-akan mendapat tekanan kuat untuk harus selalu mampu menghindarkan diri dari penyimpangan perilaku, baik secara moral, sosial, maupun emosional. Sudu t pandang berikutnya adalah penyesuaian diri dimaknai sebagai usaha penguasaan ( mastery ), yaitu kemampuan untuk merencanakan dan mengorganisasikan respon dalam cara-cara tertentu sehingga konflik-konflik, kesulitan, dan frustrasi tidak terjadi. Penyesuaian diri adalah kemampuan seseorang untuk hidup dan bergaul secara wajar terhadap lingkungannya, sehingga seseorang merasa puas terhadap dirinya dan terhadap lingkungan. 3 Dari pengertian ini dapat ditarik suatu maksud bahwa penyesuaian diri adalah suatu kemampuan untuk membuat hubungan yang serasi dan memuaskan antara individu dan lingkungannya. Individu diharapkan mampu melakukan penyesuaian diri dengan kehidupan sosial dan mampu memenuhi ekspetasi sosial setaraf dengan usianya. Dalam upaya pencapaian harmonisasi hubungan antara tuntutan diri dan lingkungan ini akan muncul konflik, tekanan dan frustasi, dan inidvidu didorong untuk meneliti kemungkinan perilaku yang berbeda guna membebaskan diri dari ketegangan yang dialaminya. 1 Segel D. dalam Alexander A. Schneider, Personal Adjusment and Mental Healt . (Holt, Reinhart and Winston. 1974). hlm. 234. 2 http:// belajarpsikologi .com/pengertian-penyesuaian-diri/ diakses pada 24 Juni 2015. 3 Sofyan Willis. Remaja dan Masalahnya . (Alfabeta. Bandung. 2005). hlm. 55.

PAGE – 3 ============
3 C. Aspek-aspek Penyesuaian Diri Pada dasarnya penyesuaian diri memiliki dua aspek yaitu peny esuaian pribadi dan penyesuaian sosial. Untuk lebih jelasnya kedua aspe k tersebut akan diuraikan sebagai berikut: 1. Penyesuaian Pribadi Penyesuaian pribadi adalah kemampuan individu untuk menerima dirinya sendiri sehingga tercapai hubungan yang harmonis antara dir inya dengan lingkungan sekitarnya. 4 Individu tersebut menyadari sepenuhnya siapa dirinya sebenarnya, apa kelebihan dan kekurangannya dan mampu bertindak obyektif sesuai d engan kondisi dirinya tersebut. Keberhasilan penyesuaian pribadi ditandai dengan ti dak adanya rasa benci, lari dari kenyataan atau tanggungjawab, dongkol , kecewa, atau tidak percaya pada kondisi dirinya. K ehidupan kejiwaannya ditandai dengan tidak adanya kegoncangan atau kecemasan yang menyertai rasa bersalah, rasa cemas, rasa tidak puas, rasa kurang dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya. Sebaliknya kegagalan penyesuaian pribadi ditandai d engan keguncangan emosi, kecemasan, ketidakpuasan dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya, sebagai akibat adanya gap antara individu dengan tuntutan yang diharapkan oleh lingkungan. Gap inilah yang menjadi sumber terjadinya konflik yang kemudian terwujud da lam rasa takut dan kecemasan, sehingga untuk meredakannya individu harus melakukan penyesu aian diri. 2. Penyesuaian Sosial Setiap individu hidup di dalam masyarakat. Di dalam masyarakat tersebut terdapat proses saling mempengaruhi satu sama lain silih be rganti. Dari proses tersebut timbul suatu pola kebudayaan dan tingkah laku sesuai dengan sejumlah aturan, hukum, adat dan nilai-nilai yang mereka patuhi, demi untuk mencapai penyelesaian bag i persoalan-persoalan hidup sehari- hari. Dalam bidang ilmu psikologi sosial, proses i ni dikenal dengan proses penyesuaian sosial. 5 Penyesuaian sosial terjadi dalam lingkup hubungan s osial tempat individu hidup dan berinteraksi dengan orang lain. Hubungan-hubungan tersebut menca kup hubungan dengan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya, keluarga, sekolah, teman ata u masyarakat lu as. Dalam hal ini individu dan masyarakat sebenarnya sama-sama memberikan damp ak bagi komunitas. Individu menyerap berbagai informasi, budaya dan adat istiadat yang ada, sementara komunitas (masyarakat) diperkaya oleh eksistensi atau karya ya ng diberikan oleh sang individu. Apa yang diserap atau dipelajari individu dalam poroses interaksi dengan masyarakat masih belum cukup untuk menyempurnakan penyesuaian sosial yang memungkinkan individu untuk mencapai penyesuaian pribadi dan sosial dengan cukup baik. Proses berikutnya yang harus dilakukan individu dalam penyesuaian sosial adalah kemauan 4. http://belajarpsikologi.com/pengertian-penyesuaian-diri/ . Diakses pada 23 Oktober 2015. 5 Hurlock menyatakan bahwa penyesuaian sosial merupakan keberhasilan seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap orang lain pada umumnya dan terhadap kelompok pada khususnya. Menurut Jourard (dalam Hurlock, 1990) salah satu indikasi penyesuaian sosial yang berhasil adalah kemampuan untuk menetapkan hubungan yang dekat dengan seseorang. Hurlock, Elizabeth B., Alih Bahasa: Med Meitasari T dan Muslichah Z.,1990. Perkembangan Anak Jilid I . (Jakarta : Erlangga, tt). hlm. 45.

PAGE – 4 ============
4 untuk mematuhi norma-norma dan peraturan sosial kemasyarakatan. Setiap masyarakat biasanya memiliki aturan yang tersusun dengan sejumlah ketentuan dan norma atau nilai- nilai tertentu yang mengatur hubungan individu dengan kelompok. Dalam proses penyesuaian sosial individu mulai berkenalan dengan kaidah-kaidah dan peraturan- peraturan tersebut lalu mematuhinya sehingga menjadi bagian dari pembentukan jiwa sosial pada dirinya dan menjadi pola tingkah laku kelompok. Kedua hal tersebut merupakan proses pertumbuhan kemampuan individu dalam rangka penyesuaian sosial untuk menahan dan mengendalikan diri. Pertumbuhan kemampuan ketika mengalami proses penyesuaian sosia l, berfungsi seperti pengawas yan g mengatur kehidupan sosial dan kejiwaan. Hal inilah yang dikatakan Freud sebagai hati nurani (super ego), 6 yang berusaha mengendalikan kehidupan individu dari segi penerimaan dan kerelaannya terhadap beberapa pola perilaku yang dis ukai dan diterima oleh masyarakat, serta menolak dan menjauhi hal-hal yang tidak diterima ol eh masyarakat. D. Pembentukan Penyesuaian Diri Penyesuaian diri yang baik tidak akan dapat tercapai apabila kehidupan orang tersebut benar-benar terhindar dari tekanan, kegoncangan dan ketegangan jiwa yang bermacam-macam, dan orang tersebut mampu untuk menghadapi kesukaran dengan cara objektif serta berpengaruh bagi kehidupannya, serta menikmati kehidupannya dengan stabil, tenang, merasa senang, tertarik untuk bekerja, dan berprestasi. Pada dasarnya penyesuaian diri melibatkan individu d engan lingkungannya. Lingkungan yang dapat menciptakan penyesuaian diri yang cukup sehat bagi individu, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Lingkungan Keluarga Semua konflik dan tekanan yang ada dapat dihindarkan atau dipecahkan bila individu dibesarkan dalam keluarga di mana terdapat keamanan, cinta, respek, toleransi dan kehangatan. Dengan demikian penyesuaian diri akan menjadi lebih baik jika individu merasakan kehidupannya berarti dalam suatu keluarga. Rasa dekat dengan keluarga adalah salah satu kebutuhan pokok bagi perkembangan jiwa seorang individu. 7 Dalam prakteknya banyak orang tua yang mengetahui hal ini namun mengabaikannya dengan alasan mengejar karir dan mencari penghasilan yang besar demi memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga dan menjamin masa depan anak-anak. Hal ini 6 Super ego merupakan aspek sosiologis dan mencerminkan nilai-nilai tr adisional serta cita-cita masyarakat yang merasuk ke dalam kepribadian individu. Super ego mengu tamakan kesempurnaan, keluhuran, ketimbang kenikmatan. Nilai-nilai serta cita-cita yang dimaksud j uga kode moral yakni memberi ukuran baik atau buruk, benar atau salah, pantas atau tidak susila atau tida k, dalam George Boeree, C. Personality Theory . Melacak kepribadian Anda Bersama Psikolog Dunia , terj. Inyiak Ridwan Muzir. (Yogyakarta. Prismasophie. 2006). hlm.39. 7 Sofyan Willis. Remaja dan Masalahnya., hlm. 49.

PAGE – 5 ============
5 seringkali ditanggapi negatif oleh anak dengan merasa bahwa dirinya tidak disayangi, diremehkan bahkan dibenci. Bila hal tersebut terjadi berulang-ulang dalam jangka waktu yang cukup panjang (terutama pada masa kanak-kanak) maka akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan individu dalam menyesuaikan diri di kemudian hari. Meskipun bagi remaja hal ini kurang berpengaruh, karena remaja sudah lebih matang tingkat pemahamannya, tetapi tidak menutup kemungkinan pada beberapa remaja kondisi tersebut akan membuat dirinya tertekan, cemas dan stres. Berdasarkan kenyataan di atas , maka pemenuhan kebutuhan anak akan rasa kekeluargaan harus diperhatikan. Orang tua harus terus berusaha untuk meningkatkan kualitas pengasuhan, pengawasan dan penjagaan pada anaknya, jangan semata-mata menyerahkannya pada pembantu. Jangan sampai semua urusan makan dan pakaian diserahkan pada orang lain. Karena hal demikian dapat membuat anak tidak memiliki rasa aman. Lingkungan keluarga juga merupakan lahan untuk mengembangkan berbagai kemampuan, yang dipelajari melalui permainan, senda gurau, sandiwara dan pengalaman- pengalaman sehari-hari di dalam keluarga. Tidak diragukan lagi bahwa dorongan semangat dan persaingan antara anggota keluarga yang dilakukan secara sehat memiliki pengaruh yang penting dalam perkembangan kejiwaan seorang individu. Oleh sebab itu, orang tua sebaiknya jangan menghadapkan individu pada hal-hal yang tidak dimengerti olehnya atau sesuatu yang sangat sulit untuk dilakukan olehnya, sebab hal tersebut memupuk rasa putus asa pada jiwa individu tersebut. Dalam keluarga, setiap individu juga belajar agar tidak menjadi egois, individu tersebut diharapkan dapat berbagi dengan anggota keluarga yang lain. Individu belajar untuk menghargai hak orang lain dan cara penyesuaian diri dengan anggota keluarga, mulai orang tua, kakak, adik, kerabat maupun pembantu. Kemudian dalam lingkungan keluarg a individu mempelajari dasar dari cara bergaul dengan orang lain, yang biasanya terjadi melalui pengamatan terhadap tingkah laku dan reaksi orang lain dalam berbagai keadaan. Biasanya yang menjadi acuan adalah tokoh orang tua atau seseorang yang menjadi idolanya. Oleh karena itu, orangtua pun dituntut untuk mampu menunjukkan sikap-sikap atau tindakan-tindakan yang mendukung hal tersebut. Interaksi individu dengan keluarganya juga mendorong individu tersebut mempelajari sejumlah adat atau kebiasaaan sepert i: kebiasaan dalam makan, minum, berpakaian, cara berjalan, berbicara, duduk dan lain sebagainya. Sela in itu dalam keluarga masih banyak hal lain yang sangat berperan dalam proses pembentukan kemampuan pen yesuaian diri yang sehat, seperti rasa percaya pada orang lain atau diri send iri, pengendalian rasa ketakutan, toleransi, kefanatikan, kerjasama, keeratan, kehangatan dan ra sa aman karena semua hal tersebut akan berguna bagi masa depannya.

PAGE – 6 ============
6 2. Lingkungan Teman Sebaya Dalam kehidupan pertemanan, pembentukan hubungan yang erat di antara sesame teman merupakan hal yang sangat penting pada masa remaja dibandingkan dengan masa- masa lainnya. Suatu hal yang sulit bagi remaja biasanya adalah menjauh dari temannya . Individu tersebut mengungkapkan kepada mereka secara bebas tentang rencananya, cit a- citanya dan dorong an-dorongannya. Dalam semua itu, individu menemukan orang yang mau mendengarkan apa yang dikatakannya. Dengan demikian pengertian yang diterima dari temanya akan membantu dirinya dalam penerimaan terhadap keadaan dirinya sendiri, ini sangat membantu diri individu dalam memahami pola-pola dan ciri-ciri yang menjadikan dirinya berbeda dari orang lain. Semakin mengerti individu akan dirinya maka individu akan semakin meningkat kebutuhannya untuk berusaha untuk menerima dirinya dan mengetahui kekuatan dan kelemahannya. Dengan demikian individu tersebut akan menemukan cara penyesuaian diri yang tepat sesuai dengan potensi yang dimilikinya. 3. Lingkungan Sekolah Sekolah mempunyai tugas yang tidak hanya terbatas pada masalah pengetahuan dan informasi saja, akan tetapi juga mencakup tanggungjawab pendidikan secara luas. Demikian pula dengan guru, tugasnya tidak hanya mengajar, tetapi juga berperan sebagai pendidik yang menjadi pembentuk masa depan. Guru juga dapat dikatakan sebagai langkah pertama dalam pembentukan kehidupan yang menuntut individu untuk dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan. Pendidikan modern menuntut guru atau pendidik untuk mengamati perkembangan individu dan mampu menyusun sistem pendidikan sesuai dengan perkembangan tersebut. Dalam pengertian ini berarti proses pendidikan merupakan penciptaan penyesuaian antara individu dengan nilai-nilai yang diharuskan oleh lingkungan menurut kepentingan perkembangan dan spiritual individu. Keberhasilan proses ini sangat bergantung pada cara kerja dan metode yang digunakan oleh pendidik dalam penyesuaian tersebut. Jadi guru memiliki peran yang sangat penting dalam pembentukan kemampuan penyesuaian diri individu. Pendidikan hendaknya tidak didasarkan atas tekanan atau sejumlah bentuk kekerasan dan paksaan, karena pola pendidikan seperti itu hanya akan membawa kepada pertentangan antara orang dewasa dengan anak-anak sekolah. Jika para individu merasa bahwa mereka disayangi dan diterima sebagai teman dalam proses pendidikan dan pengembangan mereka, maka tidak akan ada kesempatan untuk terjadi pertentangan antar generasi.

PAGE – 8 ============
8 bagaimana mencapainya. Bisa saja anak tersebut menjadi nekat dalam usahanya untuk mereduksi ketegangan yang dialaminya. Jika kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat dikontrol secara sadar, frustasi tidak akan terjadi, tetapi karena kebutuhan-kebutuhan itu mewakili kepentingan individu yang aktual, maka ketegangan-ketegangan yang ditimbulkannya harus diredusir dengan cara tertentu. Bila situasi memuaskan kebutuhan, perilaku normal yang akan timbul, tetapi bila tidak demikian, barangkali akan timbul gejala salah suai (mal-adjustment) 10 atau abnormalitas. 11 2. Kebiasaan dan Ketrampilan Kebiasaan dan ketrampilan diperlukan individu untuk dapat membantu memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang mendesak. Kebiasaan dan ketrampilan tersebut terbentuk pada tahap pertama dari kehidupan individu, yaitu dalam masa kanak-kanak. Dalam masa ini yang merupakan periode dasar bagi kehidupan, ditentukan sikap-sikap, kebiasaan- kebiasaan dan pola-pola tingkah laku, yang untuk sebagian besar menentukan sukses seseorang dalam menyesuaikan diri pada kehidupan dikemudian hari. 12 Rasa optimis dan positif itu akan mendorng individu berbuat lebih banyak dan teliti sehingga kemungkinan berhasil akan diperolehnya. Selanjutnya orang dewasa akan berpandangan pesimis dan negatif jik a menghadapi masalah yang rumit, disebabkan diwaktu kecilnya sering memperoleh pengalaman yang buruk dan gagal dama menghadapi berbagai masalah termasuk masalah yang serupa. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa penyesuaian diri sebenarnya merupakan hasil dari pengalaman dan latihan yang dilalui oleh individu, yang mempengaruhi cara untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya dang pergaulannya dengan orang lain dalam kehidupan sosial. 3. Pengenalan Diri Pengenalan diri merupakan kemampuan seseorang untuk melihat kekuatan dan kelemahan yang ada pada dirinya sehinga dapat melakukan respon yang tepat terhadap tuntutan yang muncul dari dalam maupun dari luar. Pengenalan diri merupakan langkah yang sangat diperlukan untuk dapat menjalankan kehidupan ini secara efektif. Kekuatan- kekuatan yang ada pada diri merupakan aset dalam kehidupan sehari hari, namun demikian apabila kekuatan-kekuatan ini tidak disadari maka kesempatan untuk mengaktualisasikan diri akan hilang. Demikian halnya dengan kelemahan-kelemahan yang ada pada diri seseorang. Kelemahan-kelemahan yang tidak disadari, tidak hanya merugikan diri sendiri tetapi juga 10 Mal-adjusment atau malasuai adalah ketidaksanggupan manusia, jiwa dan raga nya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru. 11 Abnormal adalah pribadi yang dihinggapi oleh gangguan mental; orang abnormal selalu diliputi banyak konflik- konflik batin, miskin jiwanya dan tidak stabil, tidak ada perhatian pada lingkungann ya. 12 Soesilo W. Psikologi Perkembangan . (Surabaya. Usaha Nasional. 1980), hlm. 17.

PAGE – 9 ============
9 dapat menyusahkan orang lain. Ada orang yang menganggap bahwa dirinya orang terlalu percaya diri, sehingga dia merasa lebih mampu, sementara orang lain menganggap bahwa kemampuannya biasa biasa saja. Selain itu, pengenalan diri adalah salah satu cara untuk membentuk konsep diri. Konsep diri merupakan persepsi seseorang terhadap dirinya sendiri, baik secara fisik, psikis, sosial, maupun moral. Persepsi tersebut meliputi sesuatu yang dicita-citakan maupun keadaan yang sesungguhnya. Aspek fisik yang dipersepsi meliputi penilaian sosial dalam masyarakat. Sementara aspek moral meliputi nilai dan prinsip yang memberi arti dan arah dalam kehidupan seseorang. Konsep diri positif pada akhirnya akan membentuk harga diri yang kuat. 13 Harga diri merupakan penilaian tentang keberartian diri dan nilai seseorang yang didasarkan atas proses pembuatan konsep dan pengumpulan informasi tentang diri beserta pengalamannya. Oleh karenanya, orang dengan konsep diri positif akan lebih tepat memberikan nilai keberartian dirinya. Orang dengan harga diri rendah menyebabkan kurang percaya diri, sehingga tidak efektif dalam pergaulan sosial. Merasa baik akan diri yaitu, mempunyai citra diri yang positif dan harga diri yang tinggi adalah penting di mana kesuksesan dan kebahagiaan yang sesungguhnya tidak bias diraih tanpanya. Walaupun demikian menyukai diri atau memiliki citra diri yang baik bukanlah hal yang mudah unuk didapat. Kenyataannya, sebagian besar orang tidak menyukai diri mereka sendiri atau paling tidak, mereka tidak menyukai sesuatu tentang diri sendiri. Jika mental sehat dicapai maka individu memiliki integrasi, penyesuaian diri, dan identifikasi positif terhadap orang lain. Di sini individu belajar menerima tanggung jawab, kadi mandiri, dan mencapai integrasi tingkah laku. 14 Untuk mencapai penyesuaian diri yang baik, upaya pengenalan terhadap diri sendiri adalah salah satu syarat yang pokok. Pengenalan diri ini menyangkut pemahaman terhdap seluruh kepribadian secara bulat dan utuh, yang menyangkut segi-segi fisik dan psikis, seperti pemahaman terhadap keadaan tubuh dan kondisi jasmaniah, karakter, temperament, kemampuan, minat, dan sebagainya. Kesadaran untuk mengenal dan memahami diri ini merupakan hal yang penting untuk mencapai kesehatan jiwa. 4. Penerimaan diri (self acceptance) Setelah mengenal dan memahami diri, diharapkan individu dapat menerima dirinya seperti kenyataan yang ada. 15 Menurut Maslow dalam Hjelle dan Ziegler penerimaan diri merupakan sikap positif terhadap dirinya sendiri, ia dapat menerima keadaan dirinya secara tenang, dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Mereka bebas dari rasa bersalah, rasa 13 Lihat Konsep diri atau Self concept yang dikemukakan oleh Rogers, atau Counseling Centered . 14 Andi Mappiare AT. Pengantar konseling dan Psikoterapi . (Jakarta. Raja Grafindo Persada. 2006), hlm. 47. 15 Lihat tugas-tugas perkembangan menurut Havighurst.

PAGE – 10 ============
10 malu, dan rendah diri karena keterbatasan diri serta kebebasan dari kecemasan akan ada nya penilaian dari orang lain terhadap keadaan dirinya. 16 Menerima diri memiliki penghargaan yang tinggi terhadap diri sendiri, atau lawannya, tidak berikap sinis terhadap diri sendiri. 17 Di samping itu, pandangan orang lain terhadap diri individu merupakan faktor yang penting karena akan berpengaruh terhadap perilaku individu. Jika pandangan orang lain terhadap diri baik, akan mendorong individu untuk melakukan penyesuaian diri dengan baik pula. Sebaliknya bila individu tidak menerima dirinya akan masuk dalam situasi frustasi yang bisa menimbulkan ketidakberdayaan, dan akhirnya sulit untuk melakukan penyesuaian diri. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi penerimaan diri yang dikemukakan oleh Hurlock, 18 faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penerimaan diri adalah : a. Keinginan individu untuk menerima dirinya. b. Adanya hal yang realistik. Hal ini timbul jika individu menentukan sendiri harapannya dengan disesuaikan dengan pemahaman dengan kemampuannya, dan bukan diarahkan oleh orang lain dalam mencapai tujuannya dengan memiliki harapan yang realistik, maka akan semakin besar kesempatan tercapainya harapan itu, dan hal ini akan menimbulkan kepuasan diri yang merupakan hal penting dalam penerimaan diri. c. Tidak adanya hambatan di dalam lingkungan. Walaupun seseorang sudah memiliki harapan yang realistik, tetapi jika lingkungan disekitarnya tidak memberikan kesempatan atau bahkan menghalangi, maka harapan individu tersebut akan sulit tercapai. d. Sikap-sikap anggota masyarakat yang menyenangkan. Sika-sikap tersebut salah satunya yaitu sikap yang tidak menimbulkan prasangka, tetapi sikap yang menghargai kemampuan sosial orang lain dan kesedian individu mengikuti kebiasaan lingkungan. e. Tidak adanya gangguan emosional yang berat. Dengan tidak adanya gangguan tersebut maka dapat mendorong terciptanya individu yang dapat bekerja sebaik mungkin dan merasa bahagia. f. Pengaruh keberhasilan yang dialami, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Keberhasilan yang dialami individu akan dapat menimbulkan penerimaan diri dan sebaliknya jika kegagalan yang dialami individu akan dapat mengakibatkan adanya penolakan diri. g. Identifikasi dengan orang yang memiliki penyesuaian diri yang baik Individu yang mengidentifikasikan dengan individu yang memiliki penyesuaian diri yang baik akan dapat membangun sikap-sikap yang positif terhadap diri sendiri, dan 16 Hjelle, L. A & Zeigler, D. J. Personality Theories : Basic Assumptions, Research And Application . (Tokyo : MC Graw Hill. 1992), hlm. 40. 17 Lihat A. Supratiknya. Komunikasi Antarpribadi . (Yogyakarta. Kanisius. 1995) , hlm. 84. 18 Hurlock, E. B. (1996). Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan . (Jakarta : Erlangga. 1996), hlm.65.

PAGE – 11 ============
11 bertingkah laku dengan baik yang mnimbulkan penilaian diri yang baik dan penerimaan diri yang baik. h. Adanya perspektif diri yang luas yaitu memperhatikan pandangan orang lain tentang diri perspektif yang luas ini diperoleh melalui pengalaman dan belajar. Dalam hal ini usia dan tingkat pendidikan memegang peranan penting bagi seseorang untuk mengembangkan perspektif dirinya. i. Pola asuh dimasa kecil yang baik. Seorang anak yang diasuh secara demokratis akan cenderung berkembang sebagai individu yang dapat menghargai dirinya sendiri. j. Konsep diri yang stabil. Individu yang tidak memiliki konsep diri yang stabil, akan sulit menunjukkan pada orang lain. Ada faktor lain yang dapat menghambat penerimaan diri yaitu: konsep diri yang negatif, kurang terbuka dan kurang menyadari perasaan-perasaan yang seseungguhnya, kurang adanya keyakinan terhadap diri sendiri, merasa rendah diri. Sedangkan menurut menurut Sheerer dalam Sutadipura, menyebutkan faktor-faktor yang menghambat penerimaan diri, antara lain: a. Sikap anggota masyarakat yang tidak menyenangkan atau kurang terbuka. b. Adanya hambatan dalam lingkungan. c. Memiliki hambatan emosional yang berat. d. Selalu berfikir negatif tentang masa depan. Dampak dari adanya penerimaan diri Hurlock, 19 menjelaskan bahwa semakin baik seseorang dapat menerima dirinya, maka akan semakin baik pula penyesuian diri dan sosialnya. Kemudian Hurlock, 20 membagi dampak dari penerimaan diri dalam 2 kategor i yaitu: a. Dalam penyesuaian diri orang yang memiliki penyesuaian diri, mampu mengenali kelebihan dan kekurangannya. Salah satu karakteristik dari orang yang memiliki penyesuaian diri yang baik adalah lebih mengenali kelebihan dan kekurangannya yang ditandai dengan memiliki keyakinan diri ( self confidence ). Selain itu juga dapat menerima kritik, dibandingkan dengan orang yang kurang dapat menerima dirinya. Dengan demikian orang yang memiliki penerimaan diri dapat mengevaluasi dirinya secara realistik, sehingga dapat menggunakan semua potensinya secara efektif. Hal tersebut dikarenakan individu memiliki anggapan yang realistik terhadap dirinya, sehingga dapat bersikap jujur dan tidak berpura-pura. b. Dalam penerimaan diri biasanya disertai dengan adanya penerimaan dari orang lain. Orang yang memiliki penerimaan diri akan merasa aman untuk memberikan perhatiannya pada orang lain, seperti menunjukkan rasa empati. Dengan demikian 19 Ibid., hlm.76. 20 Ibid., hlm.77.

136 KB – 20 Pages