62 KB – 19 Pages

PAGE – 1 ============
43 INTEGRASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN (UNESCO) DAN TIGA PILAR PENDIDIKAN ISLAM Sigit Dwi Laksana Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Ponorogo sigitciovi@gmail.com Abstract Education cannot be discharged in human life. All requiring education to realize what have been created. Education which have been woke up and designed have to be sturdy and do not be groggy easy to, education building have to tighten with strong pillars. UNESCO as institute of PBB which active in education, science, and culture have formulated four education pillar, this matter is meant to be target of education earn form. In education of Islam also have education foundation which also strength which is often referred as by three education pillar. Integrate between both the pillar building can make education in indonesia specially education of Islam can walk better and as according to teachings of Islam and nation aspiration. Keywords: integration, four education pillars, three pillars of Islamic education

PAGE – 2 ============
44 Abstrak Pendidikan tidak dapat dilepaskan dalam kehidupan manusia. Semua membutuhkan pendidikan untuk mewujudkan apa yang telah diciptakan. Pendidikan yang telah dibangun dan dirancang harus kokoh dan tidak mudah tergoyahkan, bangunan pendidikan harus diperkokoh dengan pilar-pilar yang kuat. UNESCO sebagai lembaga PBB yang bergerak di bidang pendidikan, ilmu pengetahuan, dan budaya telah merumuskan empat pilar pendidikan, hal ini dimaksudkan agar tujuan pendidikan dapat terwujud. Dalam pendidikan Islam juga memiliki pondasi pendidikan yang juga kuat yang sering disebut tiga pilar pendidikan. Integrasi antara kedua bangunan pilar tersebut dapat menjadikan pendidikan di indonesia khususnya pendidikan Islam dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan ajaran-ajaran Islam dan cita-cita bangsa. Kata kunci : integrasi, empat pilar pendidikan, tiga pilar pendidikan Islam

PAGE – 3 ============
45 PENDAHULUAN Pendidikan merupakan suatu proses upaya pewarisan nilai- nilai yang sering disebut proses transformasi yang menyangkup VHJDDVSH³\DQJVHKDUXVQ\D´WHWDGLVLVKDQ\D melangsungkan proses pada satu sisi saja, itulah yang di khawatirkan dalam proses pendidikan, kalau kita melihat secara fitrah manusia diciptakan dengan keadaan suci sehingga untuk mengembangkannya perlunya pendidkan, dengan mengenyam pendidikan setidaknya manusia bisa hidup dalam menghadapi realitas kekinian. Sebagai usaha meningkatkan mutu pendidikan maka perlu adanya suatu pondasi yang kuat untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Fenomena pendidikan yang sering kita lihat baik melalui media elektronik maupun media cetak, merupakan dampak dari diabaikannya pondasi-pondasi pendidikan. Sehingga sampai dengan sekarang Sumber Daya Manusia di negara kita sendiri belum bisa dikategorikan berkualitas. Masalah demi masalah yang timbul membuat para orang tua khawatir dengan hasil akhir pendidikan. Salah satu pondasi yang digagas oleh UNESCO yang sering kita sebut sebagai empat pilar pendidikan, kemudian dalam pendidikan Islam juga mengenal ada istilah tiga pilar pendidikan yaitu pendidikan tauhid, pendidikan akhlak, dan pendidikan ibadah. Menyikapi hal itu, kita perlu mengetahui, mempelajari, memahami, dan menerapkan pondasi pembelajaran yang termuat dalam empat pilar pendidikan dan tiga pilar pendidikan Islam. Diharapkan dengan adanya empat pilar pendidikan yang diintegrasikan dengan tiga pilar pendidikan Islam tersebut dapat

PAGE – 4 ============
46 menjawab semua problematika pendidikan yang ada di negara kita. Serta dapat mewujudkan peserta didik yang dapat berkarya, mandiri, bersosialisasi baik dengan masyarakat. Jika ke pilar-pilar pendidikan tersebut dapat diterapkan dengan baik tidak hanya pendidikan di Indonesia yang berkembang namun itu dapat membekali peserta didik untuk hidup di masyarakat dengan berbagai etnis, ras, suku, dan agama. PEMBAHASAN 1. Pengertian Empat Pilar Pembelajaran Dalam upaya meningkatkan kualitas suatu bangsa dapat dilakukan melalui peningkatan mutu pendidikan. Perserikatan Bangsa-Bangsa melalui lembaga UNESCO ( United Nations, Educational, Scientific and Cultural Organization ) yang bergerak dibidang pendidikan, pengetahuan dan budaya mencanangkan empat pilar pendidikan yakni: (1) learning to Know , (2) learning to do (3) learning to be , dan (4) learning to live together . Keempat pilar tersebut secara sinergi membentuk dan membangun pola pikir pendidikan di Indonesia. Adapun empat pilar tersebut adalah sebagai berikut: a. learning to know Pilar pertama ini memeliki arti bahwa para peserta didik dianjurkan untuk mencari dan mendapatkan pengetahuan sebanyak-banyaknya, melalui pengalaman-pengalaman. Hal ini akan dapat memicu munculnya sikap kritis dan semangat belajar peserta didik meningkat. Learning to know selalu mengajarkan tentang arti pentingnya sebuah pengetahuan,

PAGE – 5 ============
47 karena didalam learning to know terdapat learning how to learn, artinya peserta didik belajar untuk memahami apa yang ada di sekitarnya, karena itu adlah proses belajar. Hal ini sesuai pendapat Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2004: 128) yaitu belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan menurut Purwanto (2004: 44), belajar merupakan proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya. Dari dua pendapat diatas menunjukkan bahwa belajar bukan saja berasal dari bangku sekolahan saja tetapi belajar dapat terjadi melalui interaksi dengan lingkungan. Belajar bukan hanya dinilai dari segi hasilnya saja, melainkan dinilai dari segi proses, bagaimana cara anak tersebut memperoleh pengetahuan, bukan apa yang diperoleh anak tersebut. Learning to know juga mengajarkan tentang live long of education atau yang disebut dengan belajar sepanjang hayat. Arti pendidikan sepanjang hayat ( long life education ) adalah bahwa pendidikan tidak berhenti hingga individu menjadi dewasa, tetapi tetap berlanjut sepanjang hidupnya (Suprijanto, 2008: 4). Hal ini menegaskan bahwa pendidikan di sekolah merupakan kelanjutan dalam keluarga. Sekolah merupakan lembaga tempat dimana terjadi proses sosialisasi yang kedua setelah keluarga, sehingga mempengaruhi pribadi anak dan perkembangan sosialnya. Sekolah diselenggarakan

PAGE – 6 ============
48 secara formal. Di sekolah anak akan belajar apa yang ada di dalam kehidupan, dengan kata lain sekolah harus mencerminkan kehidupan sekelilingnya. Oleh karena itu, sekolah tidak boleh dipisahkan dari kehidupan dan kebutuhan masyarakat sesuai dengan perkembangan budayanya. b. learning to do Pilar kedua menekankan pentingnya interaksi dan EHUWLQGD³VLQLSDUD peserta didik diajak untuk ikut serta dalam memecahkan permasalahan yang ada di sekitarnya melalui sebuah tindakan nyata ´. Belajar untuk menerapkan ilmu yang didapat, bekerja sama dalam sebuah tim guna untuk memecahkan masalah dalam berbagai situasi dan kondisi. Learning to do berkaitan dengan kemampuan hard skill dan soft skill . Soft skill dan hard skill sangat penting dan dibutuhkan dalam dunia pendidikan, karena sesungguhnya pendidikan merupakan bagian terpenting dari proses penyiapan SDM (Sumber Daya Manusia) yang berkualitas, tangguh, dan terampil dan siap untuk mengikuti tuntutan zaman. Peserta didik sebagai hasil dari produk pendidikan memang harus dituntut memiliki kemampuan soft skill dan hard skill . (http://misterluthfi.corner.web.id, diakses tanggal 24 Februari 2016). Hard skill merupakan kemampuan yang harus menuntut fisik, artinya hard skill memfokuskan kepada penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan keterampilan teknis yang berhubungan dengan kemampuan peserta didik. Penguasaan kemampuan hard skill dapat dilakukan dengan menerapkan

PAGE – 8 ============
50 sebagai proses pemahaman terhadap kebutuhan dan jati diri. Belajar untuk berperilaku sesuai dengan norma-norma dan kaidah yang berlaku di masyarakat, belajar menjadi orang yang berhasil, sesungguhnya merupakan proses pencapaian aktualisasi diri. Learning to be sangat erat kaitannya dengan bakat, minat, perkembangan fisik, kejiwaan anak serta kondisi lingkungannya. Misal : bagi siswa yang agresif, akan menemukan jati dirinya bila diberi kesempatan cukup luas untuk berkreasi. Dan sebaliknya bagi siswa yang pasif, peran guru sebagai fasilitator bertugas sebagai penunjuk arah sekaligus menjadi mediator bagi peserta didik. Hal ini sangat diperlukan untuk menumbuh kembangkan potensi diri peserta didik secara utuh dan maksimal. Selain itu, pendidikan juga harus bermuara pada bagaimana peserta didik menjadi lebih manusiawi, menjadi manusia yang berperi kemanusiaan. d. learning to live together Pilar terakhir artinya menanamkan kesadaran kepada para peserta didik bahwa mereka adalah bagian dari kelompok masyarakat. jadi, mereka harus mampu hidup bersama. Dengan makin beragamnya etnis di Indonesia, kita perlu menanamkan sikap untuk dapat hidup bersama. Pada pilar keempat ini, kebiasaan hidup bersama, saling menghargai, terbuka, memberi dan menerima perlu dikembangkan disekolah. Dengan kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik, sebagai hasil dari proses pembelajaran, dapat dijadikan sebagai bekal untuk mampu berperan dalam

PAGE – 9 ============
51 lingkungan di mana individu tersebut berada, dan sekaligus mampu menempatkan diri sesuai dengan perannya. Pemahaman tentang peran diri dan orang lain dalam kelompok belajar merupakan bekal dalam bersosialisasi di masyarakat (learning to live together ). Untuk itu, pembelajaran di lembaga formal dan non formal harus diarahkan pada peningkatan kualitas dan kemampuan intelektual dan profesional serta sikap dalam hal ini adalah kemampuan hard skill dan soft skill . Dengan kemampuan dan sikap manusia Indonesia yang demikian maka pada gilirannya akan menjadikan masyarakat Indonesia masyarakat yang bermartabat di mata masyarakat dunia. 2. Pendidikan Islam Sebelum lebih jauh memahami tentang pendidikan Islam, terlebih dahulu kita harus memahami arti pendidkan Islam secara mendasar. Pendidikan Islam terdiri dari dua kata yaitu pendidikan dan Islam. Pendidikan berasal dari bahasa inggris ³education ´. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,pengendalian diri,kepribadian, kecerdasan , akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU Sisdiknas, No.20 tahun 2003,bab 1, pasal 1 ayat 1). Pendidikan menurut pengertian Yunani adalah pedagogik yaitu ilmu menuntun anak, orang Romawi

PAGE – 10 ============
52 memandang pendidikan sebagai educare , yaitu mengeluarkan dan menuntun, tindakan merealisasikan potensi anak yang dibawa sejak lahir. Bangsa Jerman melihat pendidikan sebagai Erzichung yakni membangkitkan atau mengaktifkan potensi anak yang terpendam. Dalam bahasa Jawa pendidikan berarti penggulawentah (pengolahan), mengubah, kejiwaan, mematangkan perasaan, pikiran dan watak, mengubah kepribadian anak. Sedangkan menurut Herbart, pendidikan merupakan pembentukan peserta didik kepada yang diinginkan pendidik yang diistilahkan dengan Educere (Indra Kusuma dan Amin Daien, 1991: 30). Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai upaya untuk memajukan budipekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya (Abdul mujib dan Jusuf Mudzakkir, 2006: 12). Sedangkan kata Islam secara arti bahasa, asal kata Islam dari aslama yang berakar dari kata salama, ini termasuk dalam bentuk mashdar ( infinitif ) dari kata aslama (http://ilmuagama.net/pengertian-agama-Islam/, diakses tanggal 24 Februari 2016). Sebagai suatu agama, Islam memiliki ajaran yang diakui lebih sempurna dan komprehensif dibandingkan agama-agama yang lainnya yang pernah diturunkan Tuhan sebelumnya. Islam adalah agama yang universal dan menyeluruh dimana mengajarkan kepada seluruh umat manusia mengenai berbagai aspek kehidupan baik duniawi maupun ukhrawi. Salah satunya adalah mewajibkan kepada umatnya untuk melaksanakan pendidikan.

PAGE – 11 ============
53 Jadi jika pendidikan dan Islam digabungkan menjadi pendidikan Islam, maka dapat diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan nuansa belajar yang sesuai dengan kaidah kaidah dalam Islam. dalam konteks historik-sosiologik pendidikan Islam dimaknai sebagai pendidikan/pengajaran keagamaan atau keIslaman ( al-tarbiyah al- GLQL\DWD¶OLDO -din, al- WD¶OLDO -dini, dan al- WD¶OLDO -Islami) dalam rangka tarbiyah al-muslimin ( mendidik orang-orang Islam), untuk melengkapi dan /atau membedakannya dengan pendidikan sekuler (nonkeagamaan/nonkeIslaman) (Muhaimin, 2002: 38). Pendapat lain tentang pendidikan Islam menurut Prof.Dr. Omar Mohammad At-Toumi Asy-Syaibany mendefinisikan pendidikan Islam sebagai proses mengubah tingkah laku individu pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya, dengan cara pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan sebagai profesi di antara profesi-profesi asasi dalam masyarakat. (Asy-Syaibany, 1979: 399) Pengertian pendidikan Islam tersebut lebih memfokuskan kepada perubahan sikap dan tingkah laku manusia yang disebut sebagai pendidikan etika. Al Quran sendiri banyak menjelaskan tentang pendidikan Islam seperti di surat Al Lukman ayat 12-15 yang artinya: ³Dan sungguh, telah Kami Berikan hikmah kepada Luqman, \DLW³%HUV\XNXUODKNH$OODKEDUDQJVLEHUV\XNXU (kepada Allah), maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa tidak bersyukur (kufur), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya, Maha Terpuji. Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi SHODMNHSDGDQ\³ Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar. Dan Kami

62 KB – 19 Pages