tampak malas, mudah putus asa, acuh tak acuh, jenuh dan bosan. Siswa”, 2012, ,http//repository.upi.id, PDF diakses 04 Februari 2016.

68 KB – 23 Pages

PAGE – 1 ============
8 BAB II LANDASAN TEORI A. Kejenuhan Belajar 1. Pengertian Kejenuhan Belajar . Secara harfiah arti kejenuhan ialah padat atau penuh sehingga tidak mampu lagi memuat apapun. Selain itu jenuh juga berarti jemu atau bosan. 1 Siapapun yang merasa jenuh, ia akan berusaha sekuat tenaga melepas diri dari tekanan itu. Setiap manusia pasti memiliki kejenuhan. Kejenuhan terjadi di sela – sela kegiatan yang dilakukan. Hal ini serupa dengan mesin kendaraan yang terus dipicu, lama kelama an mesin itu menjadi panas dan perlu didinginkan untuk sementara sampai temperaturnya normal kembali. Suatu ketika, kita merasa bersemangat ketika melakukan suatu hal, begitu semangat sehingga kita melupakan banyak hal. Masa – masa semangat itu tidak akan be rtahan lama sesudah muncul rasa malas, lesu, capek, jemu. Inilah masa dimana semangat kita sampai pada titik jenuh. Saat itu semangat yang kita punya ada di garis ambang batas, ia tidak mungkin dinaikkan lebih tinggi. Setelah beberapa lama masa jenuh ini b erjalan, beberapa lama kemudian muncul kembali kegairahan untuk menekuni 1 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan: Suatu Pendekatan Baru ( Bandung: Remaja Rosdakarya,1995), 165.

PAGE – 2 ============
9 kesibukan seperti semula. Demikian seterusnya, rasa bersemangat dan jenuh, silih berganti datang. Demikian yang terjadi pada siswa, sering kita menemukan beberapa siswa yang mengalami hambatan belajar. Ia sulit meraih prestasi dasar di sekolah, padahal telah mengikuti pelajaran dengan sungguh – sungguh. Bahkan ditambah dengan pelajaran tambahan di rumah, tetapi hasilnya tetap kurang memuaskan. Sehingga siswa terkesan lambat melakukan tug as yang berhubungan dengan kegiatan belajar. Mereka tampak malas, mudah putus asa, acuh tak acuh, jenuh dan bosan. Terkadang disertai sifat menentang guru yang mengarahkan mereka untuk belajar. Mereka juga sering menunjukkan sikap pemurung, malas, lesu. Ba hkan tak jarang dari mereka yang bersikap menyimpang seperti membolos, melalaikan tugas dan mogok untuk belajar. 2 Apabila kita mendengar kata bel ajar, mungkin yang terlintas di p ikiran kita adanya siswa yang serius, mendengar dan memperhatikan guru yang se dang memberikan pertanyaan yang ada di dalam kelas, atau seorang siswa yang membaca buku. Akan tetapi yang lebih luas bukanlah demikian, karena aktivitas belajar bukan hanya untuk siswa saja dan terbatas ruang kelas. Pengertian yang umum itu tidak dibatasi kapan saja, dimana saja dan dari siapa saja. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti berhasil tidaknya 2 Eka Dianti Usman, “Murid Sulit Belajar”, htp//www.depdikb ud.co.id, 1, diakses tanggal 21 Desember 2015.

PAGE – 3 ============
10 pencapaian tujuan pendidikan hanya tergantung kepada bagaimana proses belaj a r yang di alami oleh siswa sebagai anak didik. 3 Pines & A ronson sebagaimana yang dikutip oleh Sutjipto menjelaskan bahwa kejenuhan belajar merupakan kondisi emosional ketika seseorang merasa lelah dan jenuh secara mental maupun fisik sebagai akibat tuntutan pekerjaan terkait dengan belajar yang meningkat. 4 Timbulnya kelelahan ini karena mereka bekerja keras, merasa bersalah, merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, merasa terjebak, kesedihan mendalam, merasa malu, dan secara terus menerus membentuk lingkaran dan menghasilkan perasaan lelah dan tidak yaman yang pada gilirannya meningkatkan kelelahan fisik, kelelahan mental dan emosional. 5 Jadi maksud kejenuhan belajar adalah suatu kondisi mental siswa dalam rentang waktu tertentu merasa malas, bosan, lesu, tida k bersemangat, tidak bergairah untuk melakukan aktivitas belajar. Selanjutnya , Ramon Diaz menyatakan bahwa Pines & Aronson menjelaskan tiga dimensi kelelahan tersebut : 6 a. Kelelahan fisik, yaitu suatu kelelahan yang bersifat sakit fisik dan energi fisik. Sa kit fisik dicirikan seperti sakit kepala, demam, sakit punggung, rasa ngilu, rentan terhadap penyakit, tegang otot leher dan bahu, sering 3 Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991), 118. 4 , www.depdiknas.go.id/jurnal/32/apakah anda mengalami burnout.htm , diakses 12 November 2015. 5 Ibid.. 6 Ramon Diaz, Hubungan Antara Burnout Dengan Motivasi Berprestasi Akademis Pada Mahasiswa Yang Bekerja (Skripsi: Universitas Gunadharma, Jakarta 2007), 16.

PAGE – 4 ============
11 terkena flu, susah tidur, mual – mual, gelisah, dan perubahan kebiasaan makan. Energi fisik dicirikan seperti energi yan g rendah, rasa letih yang kronis. b. Kelelahan emosional, yaitu suatu kelelahan pada individu yang berhubungan dengan perasaan pribadi yang ditandai dengan rasa tidak berdaya dan depresi. Kelelahan emosi ini dicirikan antara lain rasa bosan, mudah tersinggung , sinisme, perasaan tidak menolong, ratapan yang tiada henti, tidak dapat dikontrol, suka marah, gelisah, tidak peduli terhadap tujuan, tidak peduli dengan peserta didik lain, merasa tidak memiliki apa – apa untuk diberikan, sia – sia, putus asa, sedih, tertek an, dan tidak berdaya. c. Kelelahan mental, yaitu suatu kondisi kelelahan pada individu yang berhubungan dengan rendahnya penghargaan diri dan depersonalisasi. Kelelahan mental dicirikan antara lain merasa tidak berharga, rasa benci, rasa gagal, tidak peka, s inis, kurang bersimpati dengan orang lain, mempunyai sikap negatif terhadap orang lain, cenderung masa bodoh dengan dirinya, pekerjaannya dan kehidupannya, acuh tak acuh, pilih kasih, selalu menyalahkan, kurang bertoleransi terhadap orang yang ditolong, ke tidak puasan terhadap pekerjaan,

PAGE – 5 ============
12 konsep diri yang rendah, merasa tidak cakap, merasa tidak kompeten, dan tidak puas dengan jalan hidup . 2. Faktor Penyebab Kejenuhan Belajar Adapun faktor – faktor yang menyebabkan kejenuhan belajar adalah sebagai berikut: 7 a. Cara atau metode belajar yang tidak bervariasi. b. Belajar hanya di tempat tertentu. c. Suasana belajar yang tidak berubah – ubah. d. Kurang aktivitas rekreasi atau hiburan. e. Adanya ketegangan mental kuat dan berlarut – larut pada saat belajar. Berikut ini beberapa faktor p enyebab kejenuhan belajar : a. Kesibukan monoton. Kemonotonan sering kali merupakan salah satu sebab kebosanan. Melakukan hal yang sama secara berulang – ulang tanpa beberapa perubahan juga dapat membuat jenuh. 8 Sebab paling umum di balik timbulnya rasa jenuh a dalah kesibukan yang monoton. Seseorang yang mengerjakan sesuatu berulang, dengan proses yang sama, suasana yang sama, hasil yang sama, dalam kurun waktu yang lama. 7 Thursen Hakim, Belajar Sec a ra Efektif ( Jakarta: Puspa Swara, 2004 ) , 63 – 65. 8 Raymond J. Wlodkowski dan Judith H. Jaynes, Motivasi Belajar (Jakarta: Cerdas Pusaka, 2004), 127 – 130.

PAGE – 6 ============
13 Misalnya seorang siswa yang diajar oleh gurunya dengan menggunakan metode yang tidak bervar iasi, setiap pertemuan gurunya tersebut menggunakan metode ceramah, mencatat, merangkum, dalam menenerangkan saja tanpa disela dengan metode yang lain maka hal tersebut juga bisa menimbulkan kejenuhan. b. Prestasi mandeg . Sebab selanjutnya yang kerap memicu kejenuhan adalah kemandegan prestasi. Siswa yang terus menerus belajar dengan giat secara konsisten tidak kenal lelah. Namun setelah sekian lama belajar tidak mengalami perubahan yang diharapkan. Maka kondisi seperti ini berpotensi melahirkan kejenuhan,bah kan rasa frustasi . c. Lemah minat . Kejenuhan juga akan muncul ketika seseorang menekuni yang tidak diinginkan. Demikian pula dengan siswa yang sejak awal tidak menyukai atau tidak minat pada mata pelajaran tertentu ia akan selalu merasa jenuh dan bosan terhadap mata pelajaran tersebut. d. Penolakan hati nurani . Penyebab selanjutnya adalah tinggal atau berkecimpung di sebuah lingkungan yang tidak sesuai dengan hati nurani. Demikian pula dengan seorang siswa,

PAGE – 8 ============
15 h. Perlakuan buruk. Sebab lain yang kerap kali menimbulkan kejenuhan adalah perlakuan buruk. Hal tersebut juga bi sa terjadi pada siswa yang mendapat perlakuan buruk dari gurunya pada salah satu bidang studi, tentunya siswa tersebut akan merasa jenuh, bosan , dan malas terhadap mata pelajaran itu. Selain itu banyak yang melatar belakangi timbulnya kejenuhan, sebab – seb ab itu berasal dari diri sendiri, dari kesibukan yang ditekuni, dari lingkungan pergaulan, suasana hidup masyarakat, alam sekitar bahkan dari pemikiran yang dianut. Kejenuhan juga dapat terjadi karena proses belajar siswa telah sampai pada batas kemampuan jasmaniahnya, karena bosan dan kelelahan. Namun, penyebab kejenuhan yang paling umum adalah keletihan yang melanda siswa. Karena keletihan dapat menjadi penyebab munculnya perasaan bosan pada siswa yang bersangkutan. 3. Indikasi dan Gejala – Gejala Kejenuhan Belajar. Kejenuhan belajar juga mempunyai tanda – tanda atau gejala – gejala yang sering dialami yaitu timbulnya rasa enggan, malas, lesu dan tidak bergairah untuk belajar. 9 9 Thursan Hakim, Belajar Secara Efektif ., 62.

PAGE – 9 ============
16 Kece nderungan dan indikator yang di alami siswa ketika mengalami kejenuhan belajar anta ra lain: 10 a. Kurang peduli terhadap materi yang harus dipahaminya; b. Sulit mengambil keputusan dalam menghadapi pelajaran yang sukar dimengerti. c. Mengambil jalan pintas dala m mengerjakan soal – soal/ulangan. d. Kurang inisiatif dan kreatif dalam memanfaatkan waktu luang. e. Mudah merasa bosan sehingga timbul keengganan dalam mengikuti pelajaran; f. Sulit memusatkan perhatian pada pelajaran apalagi jika materinya kurang menarik dan penjelasannya bertele – tele. g. Kurang motivasi dalam mengerjakan tuga s. Sedangkan menurut Armand T. Fabella , tanda – tanda kejenuhan pribadi dapat dibedakan menjadi dua yaitu secara fisik dan secara psikologis dan perilaku: 1) Secara fisik : Letih. Merasa badan semakin lemah. Gangguan pencernaan. Suka tidur. Nafas pendek. Berat badan naik dan turun. 10 Firmansyah, EfektivitasTeknik Self Instruction Untuk Mereduksi Gejala Kejenuhan Belajar , 2012, , http//www.repository.upi.id, PDF diakses 04 Februari 2016.

PAGE – 10 ============
17 2) Secara psikologis dan perilaku : Kerja makin keras tetapi prestasi menurun. Merasa bosan dan merasa bingung. Semangat rendah. Merasa tidak nyaman. Mempunyai perasaan sia – sia. Sukar membuat keputusan. 11 Dari indikasi dan gejala – gejala k ejenuhan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa kejenuhan itu muncul dari dalam diri orang itu sendiri dengan pengaruh faktor dari luar seperti lingkungan sekitar. 2. Identifikasi 1. Pengertian I dentifikasi Secara harfiah identifikasi adalah menemukan atau menemukenali. Secara sede r hana identifikasi adalah proses menemukan gejala kebutuhan khusus dari orang lain yang dekat dengan anak. 12 Lebih lengkapnya identifikasi dimaksudkan sebagai suatu usaha seseorang (orang tua, guru m aupun tenaga kependidik an lainnya ) untuk mengetahui apakah se orang anak mengalami gangguan ( fisik, intelektual, sosial, emosiona l atau tingkah laku ) dalam pertumbuhan atau perkembangannya dibandingkan dengan anak – anak lain yang seusia. 11 Armand T. Fabella, Anda Sanggup Mengatasi Stres ., 115. 12 Sunardi, Ortopedagogik Anak Tunalaras I , ( Jakarta : Depdiknas Dikti,1996), 4.

PAGE – 11 ============
18 Sumber informasi dalam proses ident ifikasi ini adalah guru kelas (di ruang kelas ) d an orang tua anak (di lingkungan rumah ). A pabila proses identifikasi telah selesai dilakukan, kondisi anak dapat diketahui, ap akah anak mengalami kejenuhan ( perilaku anak sesuai den gan indikasi kejenuhan belajar ) Identifikas i sangat penting dilakukan oleh guru di sekolah, untuk menemukanenali keberadaan anak dengan masalah belajarnya, identifikasi juga menjadi kunci keberhasilan proses pendidikan anak. Dalam progam pendidikan, kegiatan identifikasi anak dengan kebutuhan khusu s memiliki lima fungsi, yaitu 13 : a. Penjaringan ( screening ), yaitu menandai gejala anak dengan gangguan belajar di lingkungan kelas atau sekolah. b. Penglihatan ( referal ), yaitu menetapkan apakah anak cukup ditanga ni oleh guru di sekolah saja at au perlu melib atkan ahli yang berkompeten. c. Klasifikasi, yaitu kegiatan memilah – milah mana anak dengan kejenuhan belajar yang memerlukan penanganan lebih lanjut dan mana yang langsung dapat ditangani di kelas reguler. 13 Ibid ., 4.

68 KB – 23 Pages